Jumat, 10 Mei 2013

Sudah Nonton Film HABIBIE & AINUN


Brader, sister, piye kabare? Mudah-mudahan kabeh apik-apik wae yo.. Masih galau? Whahaha ke laut aje, naik perahu sampan. Ingat tuh kata pepatah, “sekali merengkuh dayung, dua sampai tiga pulau terlampaui.” Siapa tahu jadi “sekali menebar gombal, dua sampai tiga gebetan klepek-klepek.” Hahahaaa :D




Eh, pernah nonton film HABIBIE & AINUN belum? Kalau belum berarti nggak gaul. Nonton gih sana. Sebagai pemuda yang mencintai bangsa, we should know every single thing about tanah air kita, apalagi tokoh penting seperti mantan pacar presiden, Pak Habibie misalnya. Seperti aku nih, rela pergi keliling Sorong demi mendapatkan film itu. Nge-copy filmnya dari teman. Hehehe.. 

Tapi bro, kalau cinta Indonesia berarti cinta produk dalam negeri. Berarti nggak copy-paste tapi beli kaset original kan? Mendengar komentar seperti itu, aku langsung shock. *speechless* 

Okee, secara keseluruhan filmnya keren. Apa yang membuatnya menarik? Itu lho, yang berperan sabagai Ainun kan mbak BCL. Jadi selain keren, juga makin unyu-unyu gimanaaa gitu. Dan ternyata eh ternyata, pak Habibie itu orangnya romantis banget loh, apa lagi pas masih mudanya. 

Eh, dulu waktu masih duduk di bangku SMA, beliau sama sepertiku lho. Bukan sama-sama pinter sih, tapi sama-sama sederhana dan apa adanya. Beliau itu tidak menganggap cinta adalah nomor satu dalam hidup. Yang momor satu itu BELAJAR. *prokprokprok 

Dan pada waktu itu Habibie pernah bilang kalau Ainun itu orangnya jelek, hitam seperti gula jawa. Tapi Ainun tetap keep calm and never menghiraukan apa katanya. Mereka berdua saling cuek-cuekan terus, bro. Nah ceritanya setelah lulus SMA, Ainun kuliah kedokteran, sedangkan Habibie kuliah di Jerman, dia mau jadi insinyur yang kerjanya buat-buat pesawat terbang itu loh. Nggak tau apa lah itu namanya, lupa aku. 

Ketika musim liburan, Habibie pulang ke Indonesia. Waktu itu Habibie berkunjung ke rumah Ainun, kebetulan Ainun sedang menjahit baju di rumahnya. Nah disini lah dia mulai tertarik pada Ainun. Habibie langsung terpesona karena Ainun yang terlihat begitu cuantik. Dia langsung bilang begini “Haah Ainun, sekarang kamu cantik sekali. Ternyata gula jawa sudah berubah menjadi gula pasir.” Asseeekk. :D Mungkin Ainun langsung klepek-klepek kali ye. Haha dan mereka berdua saling falling in love. 

Ainun said:
Aku pun tidak bisa menjanjikan kalau aku selalu jadi istri yang baik, tapi aku berjanji akan menemanimu ke manapun kamu pergi.” 

Habibie said:
Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal. Saya tidak tahu apakah hidup kita di Jerman akan sulit atau tidak, apakah Ainun tetap bisa menjadi dokter atau tidak. Tapi yang jelas, saya akan menjadi suami yang terbaik untuk Ainun.
 
Tidak lama kemudian mereka menikah dan tinggal di Jerman. Disanalah mereka menjalani kehidupan keluarga kecilnya. Ainun sempat juga merasakan “ketidakbetahan” dan ingin pulang ke Indonesia. Tapi Habibie terus memberinya motifasi serta dukungan. Terus mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Terus kalau aku ceritain terus sampai habis, berarti aku nulis ulang script dong. Malah aku kayak CD bajakan. Gak mauuuu.!! Jadi mendingan beli kasetnya terus nonton sendiri deh. Oke baikkk?

Bai de wei, nanti ada HABIBIE & AINUN 2 apa nggak ya? Kalaupun ada semoga episodenya nggak sepanjang CINTA FITRI lah. Nanti aku yang susah nyari CD-nya. Terus nggak lucu juga kalau ada HABIBIE & AINUN season RAMADHAN. :P

Oke dech guys... At last, ini aku kasih quotes yang sempat tersirat di film ini.

Masa lalu saya adalah milik saya, masa lalu kamu adalah milik kamu, tapi masa depan adalah milik kita.

“Cinta dapat terlihat melalui teleskop, sedang cemburu hanya terlihat melalui mikroskop.”

“Kamu itu orang paling keras kepala dan paling sulit yang pernah aku kenal. Tapi jika aku harus mengulang hidupku, aku akan tetap memilih kamu.”

“Antara saya dan Ainun, adalah dua raga tetapi dalam satu jiwa. Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku.”



@AbdiLaser 
Pecinta tokoh nasional :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar