Halo guys! Assalamualaikum.
Gimana? Masih lagi pada mencari belahan jiwa
yang pas kah? Sudah menemukannya? Apa malah sedang patah hati? Aku doain deh,
Iya..! :D
Mau sedikit cerita aja nich, jadi ceritanya
kemarin aku (masih) sendirian. Di kamarku hanya ada aku, notebook dan secangkir
kopi. Malam itu hujan, sepertinya langit sedang menangis. Sang alam tengah
memainkan musik sendu melalui hujan. Uhhh nada dan ritmenya mendamaikan hati,
bro. “Ketika tanah bercampur air, kenangan lama pun mampir.”
“Rinai hujan basahi aku
temani sepi yang mengendap
Kala aku mengingatmu
dan semua saat manis itu”
Sepenggal lagunya Utophia mengingatkanku
tentang indahnya hidupku dulu. Iya dulu.. Lalu kuraih cangkir kopiku tadi
kemudian duduk di samping jendela. Sesekali kuminum kopi yang mulai hangat itu
sambil mataku mengawasi daun-daun bunga sakura yang terus menari karena sentuhan
tetesan air hujan. Uhh indahnya..
Hujan yang turun seakan berbisik, “Tinggalkan
kenangan tentangnya. Kemarilah, biar aku basuh semua lukamu”. Tapi apa??
Semakin kumencoba melupakannya, semakin
teringat kenangan manis dengannya.
Semuanya sih cuma sederhana. Sederhana banget
pokoknya. Tapi mengingatnya membuatku sedih sekaligus bahagia. Sedih karena
semuanya sudah berbeda, bahagia karena semua pernah terjadi. Meskipun ada luka
tapi semua itu mengajariku menjadi lebih dewasa. “Bitter memories, there must
be a sweet”.
Aku mungkin nggak ada kenengan manis tentang
hujan, kalau kehujanan dan basah kuyup karena lupa bawa mantel waktu pulang
dari kampus sih pernah, bahkan sering. Tapi hujan bisa membuat semuanya menjadi
manis jika kamu bisa merasakan auranya. Coba deh.
“Aku selalu bahagia saat hujan turun
karena aku dapat mengenangmu
untukku sendiri...”
Kopi yang kuminum sudah habis. Malam semakin
larut dan sang hujan tak juga reda. Daun-daun bunga sakura terus manari
mengikuti irama tetesan air hujan. Malam itu tak berbintang.
#ALT @AbdiLaser
Thanks untuk bang Jefry.